Empat Topeng dan Sebuah Cermin
Ada orang yang selalu ingin tampak sebagai penyelamat. Ia menciptakan narasi bahwa kehadirannya adalah hadiah. Tapi sejatinya, yang ingin ia selamatkan bukan siapa pun — selain egonya sendiri.
Lalu ada yang berbicara seolah bersandar pada cahaya spiritual. Wajahnya tenang, katanya bijak, tapi jiwanya kosong. Ia hanya mengenal Tuhan sebagai kata, bukan sebagai kesadaran.
Sosok yang tampak pemurah, hanya memberi ketika kamera menyala. Segala pemberian jadi konten, bukan keikhlasan. Jika tak terdokumentasi, maka tak terjadi.
Dan satu lagi, tampil sederhana di layar kaca, tapi rumahnya tak tahu siapa yang tinggal di dalam. Tamu tanpa status diabaikan. Tapi kamera? Selalu disambut karpet merah.
Semua mereka punya satu benang merah: membangun citra, bukan kebenaran. Dan ketika seseorang datang dengan niat tulus, mereka tak tahu harus bagaimana.
0 Comment:
Posting Komentar